Jumat, 28 Februari 2014

Peranan Pasukan Rimba di Gorontalo Dalam Upaya Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Kasus Peristiwa Permesta 1958).

http://mardinusi.blogspot.com 

Peranan Pasukan Rimba di Gorontalo Dalam Upaya Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Kasus Peristiwa Permesta 1958).

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17
agustus 1945, maka bangsa Indonesia berjuang untuk mempertahankan
Kemerdekaan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gorontalo
yang merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia, terlibat pula dalam
perjuangan melawan segala bentuk kekuasaan yang berusaha menghancurkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dibawah pimpinan tokoh perjuangan Nani
Wartabone, rakyat Gorontalo menolak masuknya kembali Belanda, menolak
terbentuknya Negara Indonesia Timur. Pernyataan Letkol D.J. Samba selaku
Panglima/Gubernur Militer KDM-SUT (Komando Daerah Militer Sulawesi Utara
-Tengah) yaitu mendukung PRRI dan memutuskan hubungan dengan pemerintah
R.I, maka Nani Wartabone dengan dukungan rakyat Gorontalo menyatakan
melawan Permesta. Nani Wartabone dan pengikutnya yang disebut Pasukan
Rimba melakukan perlawanan terhadap Permesta dengan cara bergerilya dari
Suwawa sampai Bilunggala Kecamatan Bone Bantai. Masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana terbentuknya Pasukan Rimba di
Gorontalo; (2) bagaimana perlawanan Pasukan Rimba terhadap Permesta di
Gorontalo; (3) bagaimana peranan Pasukan Rimba dalam penumpasan Permesta
oleh tentara APRI di Gorontalo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan terbentuknya Pasukan Rimba
di Gorontalo, perlawanan Pasukan Rimba terhadap Permesta di Gorontalo, dan
bagaimana peranan Pasukan Rimba dalam penumpasan Permesta oleh  APRI
(Angkatan Perang Republik Indonesia) di Gorontalo.
Penelitian ini merupakan penelitian historis karena berusaha memaparkan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Penelitian historis dilakukan melalui
langkah-langkah yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi
(penafsiran) dan historiografi (penulisan sejarah). Heuristik dilakukan dengan
upaya mencari arsip, studi pustaka, dan wawancara dengan pelaku atau saksi
sejarah. Kritik dilakukan dengan cara kritik ekstern dan intern terhadap arsip,
buku atau hasil wawancara sehingga menghasilkan fakta sejarah. Interpretasi
dilakukan dengan mengkoparatifkan sumber setelah dilakukan kritik.
Historiografi merupakan proses akhir berupa karya tulis yang disusun secara
kronologis.
Hasil penelitian menunjukkan (1) karena dalam usaha melawan Permesta
Nani Wartabone dan pengikutnya melakukan gerilya di rimba (hutan) sehingga
pasukan Nani Wartabone diberi nama Pasukan Rimba; (2) Perlawanan Pasukan
Rimba terhadap Permesta merupakan bagian dari perjuangan bangsa Indonesia
dalam upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasukanii
Rimba terlibat perang Permesta di beberapa tempat yaitu di Dumbaya Bulan,
Molingtogupo, Bonedaa, dan di Batu Tembaga (Tolotio) serta Tanjung Tongo
ketika Pasukan Rimba telah berada di Bilunggala; (3) Setelah datang bantuan dari
tentara APRI, Pasukan Rimba ikut serta dalam upaya penumpasan terhadap
Permesta. Bersama-sama dengan tentara APRI, Nani Wartabone dan Pasukan
Rimba melakukan operasi untuk membebaskan daerah Gorontalo dari kekuasaan
Permesta. Berhasilnya operasi penumpasan terhadap Permesta di Gorontalo oleh
APRI dan Pasukan Rimba maka Gorontalo kembali dibawah pemerintahan
Republik Indonesia

 

0 komentar:

Posting Komentar